2.9k views · 29 December, 2021
Nelly Mathias
Ekspektasi memang terkadang memang tak sesuai realita. Misalnya saja ketika Anda ingin bekerja di perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang bagus, justru terjebak di perusahaan yang masih menganut sistem lama, seperti like dan dislike. Sistem yang sebenarnya bisa diubah oleh perusahaan atau pemimpin jika ingin berlaku adil.
Penyebab like dan dislike di perusahaan bukan hanya dipicu oleh persaingan yang tidak sehat antar karyawan. Lebih dari itu, faktor utamanya terletak pada figur pemimpin yang dimiliki. Ya, tidak adanya figur pemimpin yang kuat atau kurang memiliki kompetensi berpengaruh terhadap berjalannya perusahaan secara keseluruhan.
Kunci untuk bisa meminimalisir gangguan like dan dislike bisa dengan cara bekerja di tempat yang sehat. Walaupun sebenarnya like dan dislike memang lazim terjadi karena kita manusia, di mana masing-masing dari kita punya chemistry, low of attraction. Kemudian bekerja bersama banyak individu yang tentunya memiliki emosi yang berbeda-beda.
Jadi, bagaimana membedakan tempat kerja yang sehat dan tidak sehat? Tempat bekerja masuk dalam kategori tidak sehat ketika emosi yang diperlihatkan oleh para karyawannya sudah tidak asli atau tidak digunakan. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Ini dipicu oleh pemikiran atau pilihannya untuk menyenangkan orang lain daripada membuat dirinya merasa berharga.
Jika Anda sudah menyadari berada di tempat kerja yang budaya like dan dislike-nya sangat kental dan memutuskan untuk bertahan, Anda bisa saja turut hancur bersama perusahaan atau organisasi tersebut.
Keputusan mana yang seharusnya Anda ambil? Anda bisa mengetahuinya melalui microlearning ini. Simak hingga akhir ya, Sobat QuBisa.
Agar semakin memberikan Anda gambaran dan pertimbangan ketika memutuskan untuk tetap bertahan di perusahaan yang menganut budaya like dan dislike, berikut beberapa mitos dan fakta dari perilaku like dan dislike yang harus Anda ketahui.
Mitos pertama terkait like dan dislike adalah meningkatnya karyawan yang berusaha cari muka atau mencari simpati atasan. Yang mana jika dibiarkan akan terjadi ketimpangan dalam pekerjaan. Faktanya adalah tidak semua pemimpin dapat dengan mudah diambil hatinya. Seringkali, seorang pemimpin yang telah berada di tempat kerja untuk waktu yang lama akan lebih menyadari karyawan mana yang serius atau hanya mencari simpatinya saja.
Memang merupakan suatu fakta jika like dan dislike di kantor bisa menyebabkan hubungan atasan dan karyawan menjadi terganggu. Ini berasal dari ketidaknyamanan yang terjadi secara tidak sengaja, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya kenyamanan dalam bekerja sama ataupun berinteraksi. Akhirnya hasil kerja jadi tidak maksimal. Jika dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi perusahaan.
Ini termasuk ke dalam fakta dari dampak like dan dislike. Adanya like dan dislike bisa menyebabkan pengembangan keterampilan karyawan jadi tidak merata. Karena hanya karyawan yang berada di zona like yang lebih bisa berkembang dan mendapatkan banyak kesempatan untuk meningkatkan skill-nya melalui berbagai pilihan pelatihan. Sementara pekerja di sisi dislike akan kesulitan untuk mengembangkan diri atau kompetensinya.
Produktivitas yang maksimal pada dasarnya sulit tercapai karena disebabkan oleh persaingan antar karyawan yang memang tidak bisa dihindari. Terlebih jika sudah muncul power abuse atau penyalahgunaan kekuasaan oleh atasan. Jadi, mitos apabila karyawan semakin semangat dan kualitas kerja tim akan semakin baik jika budaya like dan dislike tetap dipelihara.
Itulah salah satu cara meminimalisir risiko like dan dislike serta mitos dan fakta fenomena ini yang bisa Anda ketahui. Anda juga bisa mendapatkan materi pengembangan diri untuk menunjang karier Anda dengan menonton microlearning di aplikasi siap kerja QuBisa berikut ini:
0Comments
QuBisa © 2024. All rights reserved.