5.0k views · 20 December, 2021
Karmin Winarta
Era teknologi informasi atau digital yang suka memasuki era society 5.0 memang membuat perkembangan teknologi menjadi semakin pesat, dan masyarakat bisa mengakses banyak informasi secara cepat pula melalui internet. Namun, di sisi lain, ada banyak efek negatif yang juga melengkapinya karena literasi digital di masyarakat yang masih rendah dan belum merata, sehingga terjadilah banjir data dan informasi.
Sebelum mengetahui definisi banjir data dan informasi, Anda harus tahu dulu perbedaan data dan informasi. Pengertian informasi adalah pesan atau kumpulan pesan yang dikelola agar bisa memberikan manfaat pada penggunanya. Sementara data adalah kumpulan fakta yang dibuat dengan simbol, angka, dan lainnya yang bisa saja berasal dari suatu penelitian.
Menurut Wikipedia yang bersumber dari buku Psikologi Sosial - Baron dan Byrne tahun 2004, banjir informasi adalah keadaan yang menunjukkan pengolahan informasi oleh manusia sudah berada di luar kapasitas yang semestinya. Jika dalam bahasa Inggris disebut juga sebagai information overload.
Akibat dari banjir informasi serta data yang ada di internet, maka bisa memicu terjadinya kejenuhan informasi di kalangan netizen atau warganet dengan bermunculannya beragam konten yang tidak tervalidasi dan risiko misinformasi sangat tinggi.
Banjir data dan informasi sebenarnya sudah terjadi sejak lama, sejak informasi itu ada atau beredar. Istilah “banjir informasi” atau information overloaded pertama kali digunakan dalam buku milik Bertram Gross yang berjudul The Managing of Organizations tahun 1964. Lalu istilahnya dipopulerkan Alvin Toffler di buku best seller dengan judul Future Shock pada tahun 70 an. Sementara di Indonesia, banjir informasi mulai disebut-sebut pada tahun 80 an dalam suatu merek majalah.
Faktor yang mendorong terjadinya banjir informasi adalah produksi informasi yang meningkat secara pesat disebut juga jurnalisme pernyataan (journalism of assertion). Di mana jurnalis jadi kurang berhati-hati. karena lebih berfokus pada kecepatan publikasi akibat meningkatnya kompetisi dalam proses peliputan berita. Yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas berita, karena crosscheck fakta berpotensi diabaikan.
Kemudian faktor mudahnya melakukan penyebaran data dan informasi melalui internet hingga pertambahan platform atau media untuk memperoleh informasi. Baik itu melalui telepon, email, media sosial, dan lainnya.
Jadi, bagaimana cara mengatasi banjir informasi agar Anda tak terjebak berita hoax atau mengkonsumsi berita setengah-setengah? Di era society 5.0, Anda harus memiliki 8 skill untuk memaksimalkan penggunaan teknologi yang ada, di antaranya adalah social networking, transliteracy, maintaining privacy, creating content, organising and sharing content, kolaborasi, filtering and selecting content, dan self broadcasting.
Pada microlearning kali ini di aplikasi siap kerja QuBisa, dijelaskan terlebih dulu mengenai organising and sharing content yang sangat berpengaruh dalam banjir data serta informasi. Jadi, organising and sharing content ini merupakan kemampuan memilih dan memilah antara konten yang valid berdasarkan fakta (bisa ditelusuri kebenarannya) dengan konten yang dibutuhkan.
Skill organising and sharing content akan membantu Anda untuk membedakan berita hoax (berita bohong atau tidak benar). Dengan kata lain, Anda membiasakan diri untuk saring sebelum sharing. Contohnya saja hoax tentang vaksin di Indonesia Timur yang akhirnya membuat beberapa orang lari ke hutan karena tidak mau divaksin.
Contoh hoax lainnya bisa Anda ketahui melalui microlearning ini. Itulah pengertian banjir data berikut cara mengatasinya yang bisa Anda coba terapkan. Jangan lupa juga untuk mengikuti kursus online gratis lainnya di platform belajar online QuBisa.
0Comments
QuBisa © 2024. All rights reserved.