6.0k views · 5 January, 2022
Dr. Abdul Latief
Lima tahun pertama setelah kelahiran merupakan masa emas untuk tumbuh kembang anak, termasuk kecerdasannya. Screen time kerap jadi solusi saat sedang menjaga anak, terutama untuk membuatnya tenang, padahal WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah menganjurkan membatasi screen time untuk anak. Berikut ini hubungan antara screen time dengan perkembangan otak anak.
Screen time yang dilakukan anak di bawah usia 5 tahun secara berlebihan dan tanpa pemantauan akan menyebabkan kerusakan permanen pada otaknya yang masih berkembang. Hal ini akan menghambat kemampuan anak untuk latihan fokus, konsentrasi, proses belajar, dan memberikan perhatian kepada orang lain pun menjadi terhambat.
Anak menjadi sibuk sendiri dan tidak memedulikan lingkungan sekitarnya. Kerusakan pada otak ini makin terlihat saat anak sudah berada di usia sekolah.
Dampak buruk kecanduan main ponsel pada perkembangan otak anak juga berisiko terjadinya penipisan prematur pada korteks otak. Ini adalah lapisan terluar dari otak yang fungsinya membantu proses informasi sensorik manusia.
Nantinya, kerusakan ini akan mengganggu perkembangan otak anak. Di masa depan, anak cenderung mendapatkan nilai yang buruk pada tes bahasa dan penalaran. Secara tidak langsung, ini akan memengaruhi kemampuan belajar anak nantinya.
Di usianya, anak-anak memiliki imajinasi yang bermanfaat untuk perkembangan otaknya. Screen time yang berlebihan dan tidak sesuai usianya membuat anak malas berimajinasi. Dampaknya, otak anak akan mengalami penundaan perkembangan kognitif, adanya peningkatan impulsif, dan akhirnya mengalami penurunan kemampuan mengeksploitasi imajinasinya.
Kemampuan eksploitasi imajinasi secara tidak langsung membuat anak belajar menyelesaikan masalah atau problem solving. Kemampuan imajinasi juga sangat membantu peningkatan kreativitas anak. Anak akan mengeksplorasi dan berpetualang dengan imajinasinya.
Anak-anak yang sudah kecanduan gadget cenderung lebih agresif, dalam arti, sulit untuk dikendalikan. Saat ada perintah atau instruksi dari orang terdekat, seperti orang tua, anak mengabaikannya dan hanya fokus pada gadget yang sedang dimainkan.
Anak yang agresif ini secara bersamaan tidak memiliki manajemen emosi yang baik. Cenderung menggebu-gebu saat menghadapi sesuatu. Akibatnya, sering mengamuk tidak jelas jika ada sesuatu yang tidak sesuai.
Hubungan screen time dan perkembangan otak anak secara berlebihan menyebabkan anak kurang istirahat. Secara terus-menerus, kondisi ini membuat anak mengalami masalah kurang tidur. Alhasil, anak menjadi lebih mudah stres saat diminta melepaskan gadgetnya. Ini cenderung terjadi kepada anak yang sudah diberikan gadget sendiri. Bahkan, dalam jangka waktu lama bisa membuat anak tantrum ketika gadgetnya diambil.
Ada banyak fitur canggih di dalam gadget yang bisa diakses. Jika ini diberikan kepada anak tanpa adanya batasan ke depan, anak akan menjadi malas untuk berpikir. Dampak tidak baik ini memengaruhi proses belajarnya di sekolah.
Anak menjadi terbiasa mencari apa saja informasi yang dibutuhkan di dalam gadget saat mengerjakan tugas sekolahnya. Hal ini membuat otak anak tidak terbiasa memecahkan masalah yang dihadapinya dan cenderung meminta bantuan orang lain karena tidak terbiasa berpikir.
Penting sekali untuk membatasi screen time pada anak agar tidak mengganggu tumbuh kembangnya. Hubungan screen time dan perkembangan otak anak saling berhubungan erat. Usahakan dengan optimal untuk mengurangi aktivitas screen time dengan mengajak anak bermain bersama, memberikan mainan edukasi, atau mengajak anak berpetualang.
Anda bisa mengajak anak berwisata dan melakukan perjalanan ke alam bebas agar kemampuan otaknya berkembang dan empati terhadap alam sekitar. Simak topik yang berhubungan dengan hal ini pada kursus online dan microlearning dari platform belajar QuBisa:
0Comments
QuBisa © 2024. All rights reserved.