2.9k views · 28 December, 2021
Gita Ayu Puspita, M.Psi, Psikolog
Ada banyak bentuk body shaming yang sering dilontarkan suatu individu atau kelompok terhadap individu lainnya. Salah satunya, yaitu fat shaming. Fat shaming adalah jenis body shaming yang paling populer di kalangan masyarakat. Fat shaming berisi komentar negatif terhadap orang yang memiliki tubuh gemuk atau plus size.
Fat shaming sering muncul akibat adanya paradigma jika cantik atau tampan itu milik orang bertubuh ideal (langsing atau ramping). Selain itu, mengolok bagian tubuh tertentu, seperti buncit, lipatan leber atau pipi tembam bisa mengakibatkan ketakutan atau menurunnya rasa percaya diri sebagian individu.
Banyak yang berdalih jika fat shaming dilakukan sebagai bentuk motivasi untuk mendukung seseorang dalam menurunkan berat badan. Padahal, fat shaming justru menimbulkan dampak negatif yang membuat korbannya stres dan menimbulkan reaksi, seperti:
Tekanan dan ejekan dalam jumlah banyak yang diterima oleh orang dengan kelebihan berat badan justru akan membuat mereka makan lebih banyak. Situasi ini pasti akan membuat berat badan mereka jadi semakin tidak terkendali.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah ada, 93 wanita menunjukkan bahwa stigma obesitas yang mereka terima justru menyebabkan mereka mengonsumsi lebih banyak kalori. Penelitian lain juga menemukan bahwa tindakan ini dapat menyebabkan orang yang kelebihan berat badan menjadi stres dan makan lebih banyak dari biasanya.
Selain mengalami stres, korban fat shaming pun berisiko terkena depresi. Ya, ejekan atau hinaan terkait tubuh seseorang ini mungkin juga mempengaruhi mereka yang sebelumnya sedang menghadapi masalah kesehatan mental lain, yang berhubungan dengan stres berlebih. Pada akhirnya mereka merasa bahwa tidak ada yang mau menerima keberadaan mereka
Fat shaming juga memungkinkan untuk meningkatkan risiko timbulnya gangguan makan pada korban. Salah satu gangguan makan yang mungkin dialami adalah binge eating disorder atau bulimia. Binge eating adalah gangguan makan yang membuat pasien sulit untuk mengontrol nafsu makannya, sehingga menyebabkan mereka makan terlalu banyak.
Jika terus berlanjut, situasi seperti ini dapat menyebabkan rasa malu dan bersalah, sementara mereka tetap kesulitan untuk bisa mengendalikan nafsu makan mereka. Pada case lain, binge eating juga bisa ditunjukkan dari makan dalam jumlah banyak namun akhirnya kembali memuntahkannya. Jika berkepanjangan tentu bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius.
Ejekan yang sering diterima korban fat shaming tentu bisa membuat mereka merasa harga dirinya rendah. Harga diri yang rendah dapat berdampak negatif pada kehidupan korban. Mulai dari penurunan efisiensi kerja, gangguan hubungan dengan orang lain, dan hilangnya kesadaran untuk melakukan perawatan diri.
Seperti yang kita ketahui, apabila seseorang mengalami depresi dan tidak bisa diatasi, maka bisa saja meningkatkan risiko untuk melakukan bunuh diri. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 2346 penderita obesitas ekstrem berisiko 12 kali lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri.
Nah, dibandingkan melakukan fat shaming dengan alasan ingin memotivasi, lebih baik jika Anda menemani orang tersebut untuk sama-sama mencari solusi menurunkan berat badan bersama-sama demi kesehatan tubuh dan organ lainnya.
Itulah alasan mengapa fat shaming menjadi salah satu kasus body shaming yang populer beserta dampaknya bagi kesehatan korban. Apakah Anda merupakan salah satu korban atau pelaku fat shaming? Pelajari lebih dalam tentang fakta terkait body shaming dengan menyimak rangkaian video microlearning diatas, hingga akhir.
Selama pandemi, jangan lupa untuk terus menjaga kesehatan dan imun tubuh Anda. Hindari stres dan risiko penyakit lainnya. Bagaimana caranya? Anda bisa mencoba untuk mengikuti kursus online terkait general health di aplikasi belajar online QuBisa.
0Comments
QuBisa © 2024. All rights reserved.