4.0k views · 26 December, 2021
Nelly Mathias
Konflik di tempat kerja memang sulit dihindari, mengingat banyaknya kepala yang ada di dalamnya. Selain menimbulkan banyaknya pemikiran yang berbeda, banyaknya kepribadian pun mendorong untuk menghasilkan pendapat yang tidak sama. Inilah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya like dan dislike di tempat kerja.
Anda pasti sering mendengar istilah ini di kantor, bukan? Ya, tidak dimungkiri jika like dan dislike ini nyatanya sudah umum terjadi antara pemimpin dengan karyawan, maupun sesama karyawan. Like dan dislike adalah cara untuk mengungkapkan rasa suka dan tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang.
Di tempat kerja, fenomena ini bisa dibilang merupakan suatu ketidakadilan karena masuk ke dalam penilaian kinerja secara objektif. Di mana akhirnya terbentuk grup-grup golongan yang dianggap asyik, dan menimbulkan penilaian adanya individu yang tidak asyik untuk diajak “jalan bareng”. Anda bisa melihatnya dari bagaimana para pekerja menghabiskan waktu istirahat mereka. Apa pergi beramai-ramai atau sendirian.
Selain itu, jika dari sisi atasan, Anda pasti pernah bertanya-tanya, mengapa atasan A selalu memberikan kesempatan pada C untuk mengikuti pelatihan, menangani proyek yang besar, hingga naik jabatan. Padahal jika ditinjau kembali, masih banyak karyawan lain yang lebih berpotensi dan memiliki kompetensi yang lebih mumpuni untuk mendapatkan kesempatan tersebut. Ya, itulah yang dinamakan like dan dislike.
Karyawan yang ada di zona “like” bagi atasan akan mendapatkan lebih banyak kemudahan dalam meniti karir atau mendapatkan posisi naik jabatan karena tidak perlu bekerja keras. Selama bisa menyenangkan hati atasan, karyawan dalam zona ini akan nyaman. Selain itu, pekerja di zona like beberapa di antaranya tidak memiliki keinginan untuk upgrade skill sekalipun diberikan kesempatan mengikuti pelatihan.
Lebih lanjut mengenai dampak like dan dislike ini bisa Anda pelajari melalui video microlearning ini ya sobat QuBisa.
Like dan dislike bukanlah budaya perusahaan, melainkan hanya kebiasaan beberapa individu di dalamnya, termasuk pimpinan. Karena dampaknya begitu besar, maka perilaku ini harus segera dibenahi supaya tidak mempengaruhi performance perusahaan secara keseluruhan dan dalam jangka panjang.
Pemimpin di tingkat atas harus bekerja sama dengan seluruh leader yang ada untuk menghilangkan like dan dislike, lalu menggantinya dengan terus mengingatkan terkait budaya dan sistem kerja perusahaan yang berdasarkan kompetensi atau kinerja, prestasi, kualitas, serta produktivitas, bukan atas dekat atau tidaknya karyawan dengan atasan.
Simak video microlearning yang disampaikan oleh Nelly Mathias (Professional Facilitator & Consultant) diatas hingga akhir, untuk mengetahui lebih lengkap mengenai fenomena like & dislike di lingkungan kantor.
Selain fenomena like dan dislike ini, sebaiknya Anda mengetahui lebih banyak terkait career development agar bisa sukses di tempat kerja. Caranya, teruslah mengasah keterampilan digital milenial dan keterampilan sukses milenial, bahkan mendaftar program prakerja. Anda bisa mengunjungi berbagai kategori kursus online yang tersedia di aplikasi siap kerja QuBisa. Misalnya saja seperti di bawah ini:
0Comments
QuBisa © 2024. All rights reserved.