2.8k views · 2 October, 2021
Gita Ayu Puspita, M.Psi, Psikolog
Mom shaming sering hadir dalam berbagai bentuk, baik kritikan yang disengaja oleh para shamer, maupun secara tidak sengaja melalui saran atau nasihat yang salah diucapkan, meski mungkin tujuannya baik. Oleh sebab itu, ada baiknya kita lebih berhati-hati saat bicara jika menyangkut penilaian terhadap orang lain.
DI bawah ini adalah beberapa contoh mom shaming yang kerap kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada ibu rumah tangga, seperti: sekolah tinggi-tinggi kok cuma jadi ibu rumah tangga? Ada lagi, kasihan anaknya ditinggal mengejar karier! Kalimat- kalimat seperti ini membuat korban mom shaming menjadi semakin tersudut dan merasa serba salah. Menjadi ibu rumah tangga salah, berkarier juga salah.
Selain itu, banyak pula ucapan berhubungan dengan asupan ASI yang kurang, atau fisik anak yang dianggap tidak tumbuh sempurna, yang sayangnya, sering tidak sengaja dilontarkan oleh keluarga terdekat kita. Contohnya, anaknya lapar, ya? Berarti ASI-nya kurang! Bisa juga, anaknya umur berapa? Kok badannya kecil?
Tahukah Sobat QuBisa? Ucapan negatif yang terkait dengan fisik anak juga akan menimbulkan dampak tidak menyenangkan bagi si buah hati, yaitu terjadinya baby shaming. Akibatnya, bukan hanya ibu yang menjadi korban, anak pun ikut merasakan.
Yuk, simak selengkapnya berbagai contoh perilaku mom shaming di video microlearning ini agar Anda tak menjadi pelaku mom shaming.
Sobat QuBisa juga dapat menyaksikan aneka video pembelajaran menarik dan bermanfaat di platform belajar online QuBisa, seperti di bawah ini:
0Comments
QuBisa © 2024. All rights reserved.